Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang
tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai
pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat
pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan
yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian
barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari
Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau
Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat
dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo
yang cukup dominan.
Berikut Penjelasan mengenai Kebudayaan Sulawesi Tengah:1. Rumah Adat Sulawesi Tengah - Rumah Tambi
Salah satu keunikan rumah tambi yang berbentuk rumah panggung ini adalah
atapnya yang juga berfungsi sebagai dinding. Alas rumah tersebut
terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya terbuat dari batu
alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya berbeda sesuai
tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki anak
tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap.
Rumah Tambi memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya yang berfungsi sebagai hiasan. Motif ukiran tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula (kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk kepala kerbau, ayam dan babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati merupakan simbol kesejahteraan dan kesuburan. Pada motif tumbuhan (pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain kulit kayu berwarna-warni, dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian diikat dengan rotan. Kain kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional dari kulit kayu nunu dan ivo. Konon, pompeninie ini memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan roh jahat.
Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat
menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi
empat panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung
bundar yang disebut iso busa.
2. Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Baju Nggembe adalah baju adat khusus wanita atau remaja putri yang
dikenakan saat pesta atau upacara adat. Baju ini memiliki bentuk yang
unik, yakni segi empat dengan kerah bulat dan blus longgar yang panjang
sampai ke pinggang. Penggunaan baju Nggembe dilengkapi dengan beberapa
aksesoris di antaranya sampo dada (penutup dada), dali taroe (anting
panjang), gemo (kalung beruntai), ponto date (gelang panjang), dan pende
(pending).
2. Pakaian Adat Suku Mori
3. Pakaian Adat Suku Saluan
Pakaian Nu’boune adalah semacam blus biasa berwarna kuning dengan hiasan
bintang sementara rok Mahantan adalah rok panjang semata kaki. Saat
menggunakan pakaian ini, wanita suku Saluan juga akan mengenakan
aksesoris di antaranya Potto (gelang), Kalong (kalung), sunting
(anting), dan Salandoeng (selendang).
Sementara pakaian Nu’moane adalah kemeja biasa dan koja adalah celana
panjang berwarna gelap. Para pria akan mengenakan aksesoris berupa topi
yang bernama sungkup Nu’ubak dan sarung bernama lipa.
1. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pontanu
Tari Pontanu dari Sulawesi Selatan ini biasanya dimainkan oleh 4 orang
penari wanita atau lebih. Dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya
diawali dengan gerakan tari yang dikreasikan. Kemudian di tengah-tengah
pertunjukan penari menari dengan gerakan seperti menenun. Pada babak
akhir biasanya diakhiri dengan membentangkan sarung khas Donggala yang
dibawa masing-masing penari dan dipertunjukan kepada penonton. Sarung
tersebut biasanya juga dimainkan seperti dikibarkan layaknya bendera.
Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Pontanu
biasanya merupakan busana adat. Pada busana atasan biasanya menggunakan
baju longgar tanpa lengan yang disebut dengan Baju Nggembe. Sedangkan
untuk bawahannya menggunakan sarung khas Donggala yang disebut dengan
Buya Sabe. Untuk aksesoris penari biasanya menggunakan Dali Taroe
(anting), Polosu Unte (tusuk konde), dan Ponto (gelang). Selain itu,
penari juga mengenakan sarung tambahan yang dilipat-lipat dan diselipkan
pada bagian pinggang. Sarung ini nantinya digunakan untuk menari di
bagian akhir tarian
2. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pamonte
Dalam pertunjukannya, Tari Pamonte ditarikan oleh para penari wanita.
Jumlah penari Tari Pamonte ini biasanya terdiri dari 10 orang penari dan
seorang Penghulu yang disebut dengan Tadulako. Seorang Tadulako dalam
tarian ini berperan sebagai pemimpin tari dan memberikan aba-aba kepada
para panari lainnya. Dengan mengenakan busana yang khas layaknya para
petani, penari menari dengan gerakannya yang khas mengikuti alunan musik
pengiring.
Dalam pertunjukan Tari Pamonte biasanya diiringi oleh alat musik
tradisional seperti Ngongi, Ganda dan alat musik tradisional Sulawesi
Tengah lainnya. Selain itu tarian ini juga diiringi dengan nyanyian
syair adat yang dinyanyikan oleh pengiring vokal. Gerakan para penari,
biasanya juga mengikuti syair yang dibawakan agar terlihat lebih padu.
Namun seiring perkembangan teknologi, dan dengan alasan kepraktisan,
tari pamonte ada juga yang diiringi dengan musik dari kaset.
Dalam pertunjukan Tari Pamonte, penari menggunakan kostum layaknya para
petani dan dipadukan dengan gaya tradisional Sulawesi Tengah. Para
penari pamonte biasanya memakai baju kebaya pada bagian atas. Pada
bagian bawah biasanya menggunakan kain sarung donggala. Baju kebaya dan
sarung tersebut biasanya memiliki motif dan warna khas Sulawesi Tengah.
Sedangkan pada bagian kepala biasanya menggunakan kerudung dan memakai
caping (toru).
3. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Balia
Pengertian Balia ialah tantang dia (Bali = tantang, ia/iya = dia), yang
artinya melawan setan yang telah membawa penyakit dalam tubuh manusia.
Balia dipandang sebagai prajurit kesehatan yang mampu untuk memberantas
atau menyembuhkan penyakit baik itu penyakit berat maupun ringan melalui
upacara tertentu. Masuk atau tidaknya makhluk-makhluk tersebut
ditentukan oleh irama pukulan gimba (gendang), lalove (seruling) yang
mengiringi jalannya upacara ini.
4. Senjata Tradisional
Selain itu jenis senjata tradisional yang lain berupa parang panjang
(guma) yang dibuat oleh tukang besi (pande) yang ahli membuat senjata
tajam. Sebagai alat pelindung diri dari serangan lawan digunakan perisai
(cakalele) yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan sekeping besi
tipis. Semua jenis senjata tradisional tersebut terutama digunakan untuk
berperang melawan musuh atau melindungi diri dari serangan binatang
buas.
Pada saat ini jenis-jenis senjata tradisional yang ada juga digunakan
untuk berbagai keperluan dalam rangka aktivitas hidup sehari-hari,
seperti untuk mencari kayu bakar, memotong hewan buruan atau piaraan
untuk dikonsumsi, dan lain-lain.
5.Suku:
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
- Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
- Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Sigi
- Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Bare'e berdiam di Kabupaten Poso,Kabupaten Tojo Una-Una
- Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
- Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
- Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
- Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
- Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
- Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Mandar, Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur.
6. Bahasa Daera :
- Kulawi,
- Kaili,
- Blatar,
- Mori,
- Banggai,
- dan lain lain.
7. Lagu Daerah :
- Tope Gugu,
- Tondok,
- Kadadingku.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah , Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Komentar
Posting Komentar