Pesona Budaya Nanggroe Aceh Darussalam
Kebudayaan Nanggroe Aceh Darussalam
Hai anak bangsa Indonesia, sudahkah kalian mengenali budaya dari daerah
sendiri? Sebelum mengenali budaya dari negara lain, kenalilah dahulu kebudayaan indonesia. Baiklah, berikut ini adalah budaya dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam :
Provinsi Aceh merupakan provinsi Indonesia yang terletak di bagian ujung
utara Pulau Sumatera. Provinsi Aceh memang sangat erat dengan
kebudayaan agama Islam. Sejarah sudah mencatat bahwa Provinsi Aceh
merupakan pintu masuk bagi penyebaran agama Islam di Nusantara dimasa
lampau. Hal tersebutlah yang menyebabkan kebudayaan Provinsi Aceh tidak
dapat dilepaskan dari campur baur antara kebudayaan Melayu sebagai
kebudayaan penduduk aslinya, dan juga kebudayaan Islam. Salah satu yang
bukti yang dapat kita lihat dari adanya percampuran kedua budaya
tersebut adalah dengan adanya Rumah Krong Bade, yaitu rumah adat
Provinsi Aceh.
1. Rumah Adat
a. Struktur Bangunan Rumah Krong Bade
Krong Bade atau biasa disebut Rumoh Aceh merupakan rumah adat Provinsi
Aceh dengan berstrukturkan rumah panggung dan memiliki tinggi tiang
hingga 2, 5 sampai 3 meter dari permukaan tanah. Keseluruhan dari rumah
ini terbuat dari bahan dasar kayu, kecuali pada atapnya yang terbuat
dari bahan dasar daun rumbia atau daun enau yang sudah dianyam, dan pada
lantainya terbuat dari bahan bambu.
Karena mempunyai struktur panggung, rumah adat Provinsi Aceh ini kita bisa menemukan ruang bawah. Pada ruangan ini umumnya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan makanan, dan sebagai tempat bagi para wanita untuk melakukan aktivitas, seperti menenun kain khas Provinsi Aceh.
Advertisement
Untuk memasuki rumah adat ini, para pengunjung harus meniti tangga pada bagian depan rumah. Tangga tersebut umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil. Setelah menaiki tangga tersebut, para pengunjung akan menemukan berbagai macam lukisan yang menempel pada dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan di dinding luar rumah bisa menjadi simbol tingkat keekonomian pemiliknya.
Karena mempunyai struktur panggung, rumah adat Provinsi Aceh ini kita bisa menemukan ruang bawah. Pada ruangan ini umumnya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan makanan, dan sebagai tempat bagi para wanita untuk melakukan aktivitas, seperti menenun kain khas Provinsi Aceh.
Untuk memasuki rumah adat ini, para pengunjung harus meniti tangga pada bagian depan rumah. Tangga tersebut umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil. Setelah menaiki tangga tersebut, para pengunjung akan menemukan berbagai macam lukisan yang menempel pada dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan di dinding luar rumah bisa menjadi simbol tingkat keekonomian pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Krong Bade
Selain mempunyai fungsi sebagai identitas kebudayaan, rumah Krong Bade
ini juga mempunyai fungsi praktis, yakni sebagai rumah tinggal bagi
masyarakat Provinsi Aceh. Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut,
maka rumah adat Provinsi Aceh ini dibagi menjadi beberapa ruangan dan
juga kegunaannya masing-masing, yakni sebagai berikut:
Ruang Depan atau yang biasa disebut dengan seuramoe keue. Pada ruangan ini berfungsi sebagai tempat bersantai dan tempat berisirahat untuk seluruh anggota keluarga. Pada ruangan ini juga dipakai sebagai tempat menerima para tamu.
Ruang Tengah atau yang biasa disebut dengan seuramoe teungoh. Pada Ruangan ini merupakan ruangan inti dari sebuah rumah adat Provinsi Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan adanya lantai yang lebih tinggi dari pada ruang depan. Karena termasuk ke dalam ruang inti, maka ruangan ini termasuk kedalam sangat privasi. Para tamu yang datang tidak diperbolehkan untuk memasukinya. Fungsi pada kamar-kamar yang ada di ruang tengah ini diantaranya adalah sebagai tempat tidur bagi kepala keluarga, ruangan kamar pengantin, kamar anak, dan sebagai ruang pemandian mayat saat sedang ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau yang biasa disebut dengan seurameo likot. Pada ruangan ini berfungsi sebagai dapur, tempat makan, dan tempat bercengkrama untuk sesama anggota keluarga. Lantai pada ruangan ini umumnya lebih rendah dibandingkan dengan lantai rangan tengah. Sama seperti halnya ruang depan, pada ruang belakang juga tidak mempunyai kamar-kamar.
Advertisement
Ruang Depan atau yang biasa disebut dengan seuramoe keue. Pada ruangan ini berfungsi sebagai tempat bersantai dan tempat berisirahat untuk seluruh anggota keluarga. Pada ruangan ini juga dipakai sebagai tempat menerima para tamu.
Ruang Tengah atau yang biasa disebut dengan seuramoe teungoh. Pada Ruangan ini merupakan ruangan inti dari sebuah rumah adat Provinsi Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan adanya lantai yang lebih tinggi dari pada ruang depan. Karena termasuk ke dalam ruang inti, maka ruangan ini termasuk kedalam sangat privasi. Para tamu yang datang tidak diperbolehkan untuk memasukinya. Fungsi pada kamar-kamar yang ada di ruang tengah ini diantaranya adalah sebagai tempat tidur bagi kepala keluarga, ruangan kamar pengantin, kamar anak, dan sebagai ruang pemandian mayat saat sedang ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau yang biasa disebut dengan seurameo likot. Pada ruangan ini berfungsi sebagai dapur, tempat makan, dan tempat bercengkrama untuk sesama anggota keluarga. Lantai pada ruangan ini umumnya lebih rendah dibandingkan dengan lantai rangan tengah. Sama seperti halnya ruang depan, pada ruang belakang juga tidak mempunyai kamar-kamar.
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis Rumah Krong Bade
Terdapat beberapa ciri khas yang membedakan antara rumah Krong Bade
dengan rumah adat di Indonesia lainnya. Ciri khas dari rumah adat Aceh
ini diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mempunyai gentong air pada bagian depan yang berfungsi sebagai tempat membersihkan kaki ketika hendak masuk rumah. Ciri tersebut mempunyai filosofi bahwa setiap para tamu yang datang harus mempunyai niat yang baik.
- Strukturnya rumah panggung mempunyai fungsi sebagai perlindungan bagi anggota keluarga dari berbagai serangan binatang buas.
- Mempunyai tangga dan anak tangganya keseluruhan berjumlah ganjil. Ciri khas tersebut merupakan simbol mengenai sifat religius dari masyarakat suku di Aceh.
- Terbuat dari bahan-bahan alam. Ciri khas tersebut merupakan simbol bahwa masyarakat suku Aceh mempunyai kedekatan dengan alam.
- Mempunyai banyak ukiran dan juga lukisan dibagian dinding rumah. Ciri khas tersebut menandakan bahwa masyarakat Aceh merupakan masyarakat yang sangat mencintai tentang keindahan.
- Berbentuk persegi panjang dan juga membujur dari arah barat ke arah timur. Ciri khas tersebut menandakan masyarakat Provinsi Aceh merupakan masyarakat yang sangat religius.
Rumah adat Aceh atau yang biasa disebut dengan Rumoh Aceh tidak dapat dibangun secara sembarangan. Mengingat fungsi dari rumah adat ini begitu penting bagi kehidupan para pemiliknya, beberapa aturan pun juga wajib ditaati oleh seseorang yang akan membangun rumah adat Krong Bade ini. Aturan tersebut diantaranya adalah upacara dalam menentuan hari baik, mengadakan kenduri sebelum proses membangun, pemilihan bahan baku bangunan yang sangat berkualitas, pengolahan bahan baku bangunan dengan presisi, proses finishing dengan pewarnaan, menambahan beberapa lukisan, dan juga pemberian ukiran, serta kemudian diakhiri dengan kenduri syukuran ketika rumah akan ditempati oleh pemiliknya.
(Sumber: id.m.wikipedia.org)
Rumah adat Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat Aceh dibuat dari kayu meranti dan berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramoe Keu (serambi depan), Seuramoe Inong (serambi tengah) dan Seuramoe Likot (serambi belakang). Selain itu ada pula rumah adat berupa lumbung padi yang dinamakan Krong Pade atau Berandang.
2. Pakaian Adat
Home » 1. Sumatera » Pakaian Adat » Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan
Penjelasannya
Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan Penjelasannya
Administrator
Add Comment
1. Sumatera, Pakaian Adat
Selasa, 31 Mei 2016
Pakaian Adat Aceh - Nangroe Aceh Darussalam (NAD) adalah salah satu
provinsi di Indonesia yang terletak di ujung barat pulau Sumatera.
Provinsi ini mendapat julukan serambi mekah karena adat kebudayaannya
yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dari jazirah Arab. Salah
satu budaya dalam adat Nangroe Aceh Darussalam yang bernafaskan budaya
Islam misalnya dapat kita temukan pada gaya berpakaiannya. Pakaian adat
Aceh baik untuk pria maupun wanitanya merupakan akulturasi budaya melayu
dan budaya Islam sehingga sangat unik dan sayang untuk dilewatkan.
Berikut, tim penulis Blog Adat Tradisional akan mengulas pakaian adat
dari tanah kelahiran pahlawan nasional Cut Nyak Dien ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat Aceh untuk pria disebut Linto Baro, sementara yang untuk
wanita disebut Daro Baro. Kedua pakaian tersebut memiliki ciri khas pada
setiap bagian-bagiannya. Anda bisa melihat karakteristik dari
bagian-bagian pakaian adat Aceh tersebut pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Laki-laki
Linto Baro dahulunya merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh pria
dewasa saat menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan. Pakaian
ini diperkirakan mulai ada sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra
Pasai.
Baju Linto Baro sendiri terdiri atas baju atasan yang disebut baju
Meukasah, celana panjang yang disebut siluweu, kain sarung bernama ijo
krong, sebilah siwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional khas
Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.
1. Baju Meukeusah
Baju meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang
biasanya memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat
Aceh disebut sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang
baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh.
Pada baju meukeusah kita dapat menemukan sulaman benang emas yang mirip
seperti kerah baju China. Kerah dengan bentuk tersebut diperkirakan
karena adanya asimilasi budaya aceh dengan budaya China yang dibawa oleh
para pelaut dan pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu
Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat Aceh
untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana atau dalam
Bahasa Aceh disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa
sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang. Celana khas
dari adat Melayu.
Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi dengan
penggunaan sarung dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung yang
bernama Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket tersebut diikatkan ke
pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di atas lutut.
3. Tutup Kepala
Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya kopiah
sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini bernama
Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan
lilitan Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias bintang
persegi 8 dari bahan emas atau kuningan. Anda bisa melihat bagaimana
bentuk Meukotop pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
4. Senjata Tradisional
Sama seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya, pakaian adat
Aceh juga dilengkapi dengan penggunaann senjata tradisional sebagai
pelengkap. Senjata tradisional Aceh atau Rencong umumnya diselipkan pada
lipatan sarung di bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala
menonjol keluar.
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Perempuan
Pakaian adat Aceh untuk perempuan atau pakaian Daro Baro umumnya
memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan pakaian Linto Baro.
Beberapa warna yang biasa digunakan adalah warna merah, kuning, hijau,
atau ungu. Adapun untuk desainnya sendiri, pakaian ini terbilang sangat
Islami dan tertutup. Berikut ini adalah bagian-bagian dari pakaian adat
Aceh Daro Baro tersebut.
Baca Juga : Pakaian Adat Kalimantan Tengah
1. Baju Kurung
Pakaian Adat Aceh
Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini
memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju
China. Adapun dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga
pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya.
Dari bentuk dan motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju ini adalah
hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa.
2. Celana Cekak Musang
Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk pria dan
wanita sama saja. Celana cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung
sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat
wanita Aceh menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari
saman.
3. Penutup Kepala dan Perhiasan
Sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di sandangnya, pakaian adat
dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat menutup seluruh
auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita Aceh
ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut
patham dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan
beragam pernik perhiasan seperti tusuk sanggul anting, gelang, kalung,
dan lain sebagainya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Aceh baik untuk pria
maupun untuk wanitanya. Pakaian adat khas Aceh saat ini umumnya hanya
digunakan saat ada upacara adat, seperti upacara pernikahan (dikenakan
oleh pengantin), atau saat pertunjukan seni tari saman. Anda tertarik
untuk menggunakan pakaian adat yang satu ini? Silakan!
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Home » 1. Sumatera » Pakaian Adat » Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan
Penjelasannya
Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan Penjelasannya
Administrator
Add Comment
1. Sumatera, Pakaian Adat
Selasa, 31 Mei 2016
Pakaian Adat Aceh - Nangroe Aceh Darussalam (NAD) adalah salah satu
provinsi di Indonesia yang terletak di ujung barat pulau Sumatera.
Provinsi ini mendapat julukan serambi mekah karena adat kebudayaannya
yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dari jazirah Arab. Salah
satu budaya dalam adat Nangroe Aceh Darussalam yang bernafaskan budaya
Islam misalnya dapat kita temukan pada gaya berpakaiannya. Pakaian adat
Aceh baik untuk pria maupun wanitanya merupakan akulturasi budaya melayu
dan budaya Islam sehingga sangat unik dan sayang untuk dilewatkan.
Berikut, tim penulis Blog Adat Tradisional akan mengulas pakaian adat
dari tanah kelahiran pahlawan nasional Cut Nyak Dien ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat Aceh untuk pria disebut Linto Baro, sementara yang untuk
wanita disebut Daro Baro. Kedua pakaian tersebut memiliki ciri khas pada
setiap bagian-bagiannya. Anda bisa melihat karakteristik dari
bagian-bagian pakaian adat Aceh tersebut pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Laki-laki
Linto Baro dahulunya merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh pria
dewasa saat menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan. Pakaian
ini diperkirakan mulai ada sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra
Pasai.
Baju Linto Baro sendiri terdiri atas baju atasan yang disebut baju
Meukasah, celana panjang yang disebut siluweu, kain sarung bernama ijo
krong, sebilah siwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional khas
Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.
1. Baju Meukeusah
Baju meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang
biasanya memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat
Aceh disebut sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang
baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh.
Pada baju meukeusah kita dapat menemukan sulaman benang emas yang mirip
seperti kerah baju China. Kerah dengan bentuk tersebut diperkirakan
karena adanya asimilasi budaya aceh dengan budaya China yang dibawa oleh
para pelaut dan pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu
Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat Aceh
untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana atau dalam
Bahasa Aceh disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa
sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang. Celana khas
dari adat Melayu.
Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi dengan
penggunaan sarung dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung yang
bernama Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket tersebut diikatkan ke
pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di atas lutut.
3. Tutup Kepala
Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya kopiah
sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini bernama
Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan
lilitan Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias bintang
persegi 8 dari bahan emas atau kuningan. Anda bisa melihat bagaimana
bentuk Meukotop pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
4. Senjata Tradisional
Sama seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya, pakaian adat
Aceh juga dilengkapi dengan penggunaann senjata tradisional sebagai
pelengkap. Senjata tradisional Aceh atau Rencong umumnya diselipkan pada
lipatan sarung di bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala
menonjol keluar.
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Perempuan
Pakaian adat Aceh untuk perempuan atau pakaian Daro Baro umumnya
memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan pakaian Linto Baro.
Beberapa warna yang biasa digunakan adalah warna merah, kuning, hijau,
atau ungu. Adapun untuk desainnya sendiri, pakaian ini terbilang sangat
Islami dan tertutup. Berikut ini adalah bagian-bagian dari pakaian adat
Aceh Daro Baro tersebut.
Baca Juga : Pakaian Adat Kalimantan Tengah
1. Baju Kurung
Pakaian Adat Aceh
Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini
memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju
China. Adapun dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga
pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya.
Dari bentuk dan motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju ini adalah
hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa.
2. Celana Cekak Musang
Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk pria dan
wanita sama saja. Celana cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung
sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat
wanita Aceh menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari
saman.
3. Penutup Kepala dan Perhiasan
Sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di sandangnya, pakaian adat
dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat menutup seluruh
auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita Aceh
ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut
patham dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan
beragam pernik perhiasan seperti tusuk sanggul anting, gelang, kalung,
dan lain sebagainya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Aceh baik untuk pria
maupun untuk wanitanya. Pakaian adat khas Aceh saat ini umumnya hanya
digunakan saat ada upacara adat, seperti upacara pernikahan (dikenakan
oleh pengantin), atau saat pertunjukan seni tari saman. Anda tertarik
untuk menggunakan pakaian adat yang satu ini? Silakan!
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Pakaian Adat Naggroe Aceh Darussalam Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
- Berkaitan dengan masalah pakaian adat, sejak duhulu masyarakat
Provinsi NAD memiliki kemampuan menghasilkan kerajinan tenun sutra.
Selain itu, masyarakat Aceh juga mahir menciptakan barang-barang sulaman
berbagai bentuk yang melekat pada pakaian maupun perangkat barang
kebutuhan rumah tangga lainnya. Kemahiran membuat kerajinan sulam
tersebut banyak dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Aceh Barat yang sampai sekarang masih mampu
menghasilkan berbagai motif yang beragam.Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Home » 1. Sumatera » Pakaian Adat » Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan
Penjelasannya
Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan Penjelasannya
Administrator
Add Comment
1. Sumatera, Pakaian Adat
Selasa, 31 Mei 2016
Pakaian Adat Aceh - Nangroe Aceh Darussalam (NAD) adalah salah satu
provinsi di Indonesia yang terletak di ujung barat pulau Sumatera.
Provinsi ini mendapat julukan serambi mekah karena adat kebudayaannya
yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dari jazirah Arab. Salah
satu budaya dalam adat Nangroe Aceh Darussalam yang bernafaskan budaya
Islam misalnya dapat kita temukan pada gaya berpakaiannya. Pakaian adat
Aceh baik untuk pria maupun wanitanya merupakan akulturasi budaya melayu
dan budaya Islam sehingga sangat unik dan sayang untuk dilewatkan.
Berikut, tim penulis Blog Adat Tradisional akan mengulas pakaian adat
dari tanah kelahiran pahlawan nasional Cut Nyak Dien ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian adat Aceh untuk pria disebut Linto Baro, sementara yang untuk
wanita disebut Daro Baro. Kedua pakaian tersebut memiliki ciri khas pada
setiap bagian-bagiannya. Anda bisa melihat karakteristik dari
bagian-bagian pakaian adat Aceh tersebut pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Laki-laki
Linto Baro dahulunya merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh pria
dewasa saat menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan. Pakaian
ini diperkirakan mulai ada sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra
Pasai.
Baju Linto Baro sendiri terdiri atas baju atasan yang disebut baju
Meukasah, celana panjang yang disebut siluweu, kain sarung bernama ijo
krong, sebilah siwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional khas
Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.
1. Baju Meukeusah
Baju meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang
biasanya memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat
Aceh disebut sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang
baju Meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh.
Pada baju meukeusah kita dapat menemukan sulaman benang emas yang mirip
seperti kerah baju China. Kerah dengan bentuk tersebut diperkirakan
karena adanya asimilasi budaya aceh dengan budaya China yang dibawa oleh
para pelaut dan pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu
Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat Aceh
untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana atau dalam
Bahasa Aceh disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa
sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang. Celana khas
dari adat Melayu.
Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi dengan
penggunaan sarung dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung yang
bernama Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket tersebut diikatkan ke
pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di atas lutut.
3. Tutup Kepala
Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya kopiah
sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini bernama
Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan
lilitan Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias bintang
persegi 8 dari bahan emas atau kuningan. Anda bisa melihat bagaimana
bentuk Meukotop pada gambar di bawah ini.
Pakaian Adat Aceh
4. Senjata Tradisional
Sama seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya, pakaian adat
Aceh juga dilengkapi dengan penggunaann senjata tradisional sebagai
pelengkap. Senjata tradisional Aceh atau Rencong umumnya diselipkan pada
lipatan sarung di bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala
menonjol keluar.
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Perempuan
Pakaian adat Aceh untuk perempuan atau pakaian Daro Baro umumnya
memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan pakaian Linto Baro.
Beberapa warna yang biasa digunakan adalah warna merah, kuning, hijau,
atau ungu. Adapun untuk desainnya sendiri, pakaian ini terbilang sangat
Islami dan tertutup. Berikut ini adalah bagian-bagian dari pakaian adat
Aceh Daro Baro tersebut.
Baca Juga : Pakaian Adat Kalimantan Tengah
1. Baju Kurung
Pakaian Adat Aceh
Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini
memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju
China. Adapun dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga
pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya.
Dari bentuk dan motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju ini adalah
hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa.
2. Celana Cekak Musang
Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk pria dan
wanita sama saja. Celana cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung
sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat
wanita Aceh menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari
saman.
3. Penutup Kepala dan Perhiasan
Sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di sandangnya, pakaian adat
dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat menutup seluruh
auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita Aceh
ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut
patham dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan
beragam pernik perhiasan seperti tusuk sanggul anting, gelang, kalung,
dan lain sebagainya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Aceh baik untuk pria
maupun untuk wanitanya. Pakaian adat khas Aceh saat ini umumnya hanya
digunakan saat ada upacara adat, seperti upacara pernikahan (dikenakan
oleh pengantin), atau saat pertunjukan seni tari saman. Anda tertarik
untuk menggunakan pakaian adat yang satu ini? Silakan!
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Pakaian Adat Perkawinan Aceh Barat
Linto Baro
Pada Upacara adat perkawinan, mempelai pria (linto baro) memakai penutup kepala (meukutop). Penutup kepala tersebut dililiti tengkulok dan tampok dari emas. Tengkulok terbuat dari kain tenunan , sedangkan tampok terbuat dari logam mulia atau sepuhannya. Tampok merupakan hiasan berbentuk bintang persegi delapan dan bertingkat.
Baju atau baje mempelai pria Aceh berupa jas terbuka berkancing dua yang disebut baje kot. Baje kot tersebut dilengkapi dengan hiasan dengan warna keemasan pada krah yaitu sulu bayung.
Pada saku bajunya disematkan rantai emas berujung arloji. Di bagian
dalam baju mempelai pria mengenakan kemeja tangan panjang berwarna
putih. Gaya baju lainnya adalah berbentuk jas tutup berkancing lima.
Hiasan sulu bayungnya disematkan di dada membentuk huruf v, dilengkapi
dengan arloji. Gaya baju ini tidak mengenakan baju dalaman sepertihalnya
pada baju jas terbuka.
Celana (siluweue) yang dikenakan mempelai pria berbentuk
runcing ke bawah. Celana tersebut terbuat dari kain wol seperti baju
(jas). Mempelai pria juga memakai sarung atau ija krong, sepatu,
aksesoris dan senjata. Sarung yang digunakan terbuat dari sutera dengan
teknik songket. Pada Umumnya berwarna dasar gelap. Sepatu yang digunakan
juga berwarna hitam, sedangkan aksesoris yang dipakai terbuat dari
emas. Aneka aksesories tersebut, antara lain talo takue (sejenis kalung leher). Senjata yang dikenakan berupa rencong atau siwah. Rencong tersebut berkepala emas atau perak dan berukir dan bertahtakan permata.
Sumber : Flickr |
Daro Baro
Mempelai perempuan (daro baro) memakai pakaian yang lebih
rumit dibandingkan mempelai pria. Perhiasan pada bagian kepala, meliputi
sunting-sunting keemasan yang amat dekoratif dan terdiri atas berbagai
bentuk flora yang disebut culok. Setiap culok memiliki nama, seperti culok ok bungong, got-got, bungong sunting, dan sisir. Selain itu, ada pula bunga-bungaan asli (bungong pekan), seperti bungong jeumpa, bungong seulanga.
Pada bagian telinga mempelai perempuan terpasang subang-subang besar yang bertahtakan permata subang meukundam. Namun, saat ini subang tersebut sudah jarang dipakai dan diganti dengan kerabu.
Pada bagian dahi mempelai perempuan dihiasi phatam doi. Phatam doi berbentuk mahkota melingkar dari kiri ke kanan. Phatam doi tersebut terbuat dari emas berukir.
Baju mempelai perempuan terbuat dari kain yang bermutu tinggi. Biasanya
terbuat dari kain sutra dengan pilihan warna kuning, merah, hijau, atau
lembayung dan berlengan panjang. Warna kuning biasanya dikenakan oleh
mempelai keturunan bangsawan.
Kancing bajunya terbuat dari emas atau perak. Kancing baju ini terletak
pada lengan dan bagian dada. Dibagian leher dikenakan kalung yaitu talo taku, boh aron, talo gulee, dan lainnya. Kalung tersebut terbuat dari emas. Selain itu, terdapat pula simplah. Simplah adalah
sejenis perhiasan berbentuk bintang yang terangkai oleh rantai dan
digantung pada kedua pundak. Posisinya tersilang di dada dan ke
belakang.
Celana yang dipakai mempelai perempuan terbuat dari sutra. Warnanya
hitam dan lembayung, tidak serupa dengan warna baju. Celana ini
berbentuk lurus dan bersulam. Sulamannya terbuat dari kain berwarna
merah.
Mempelai perempuan juga mengenakan dua macam sarung, yaitu ija plang dan ija lunggi.
Kedua sarung itu dililitkan di luar baju dari pinggang sampai sejengkal
di atas ujung calana, sehingga hiasan pada ujung celana masih tampak.
Sarung yang dikenakan diikat dengan tali pinggang. Tali pinggang yang
dikenakan sebagai pengikat sarung tersebut dinamakan talo kiing mule ulee. Tali pinggang tersebut terbuat dari emas atau perak.
Pada bagian lengan dan dahinya dikenakan hiasan gelang meupeuta, pucok, dan pute awe.
Hiasan itu berbentuk bulat dan terbuat dari emas, perak atau suasa.
Sementara itu, jari jari tangannya dihasi cincin emas berbagai jenis
bertahtakan intan berlian.
1. Baju Kurung
Pakaian Adat Aceh
Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini
memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju
China. Adapun dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga
pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya.
Dari bentuk dan motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju ini adalah
hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa.
2. Celana Cekak Musang
Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk pria dan
wanita sama saja. Celana cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung
sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat
wanita Aceh menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari
saman.
3. Penutup Kepala dan Perhiasan
Sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di sandangnya, pakaian adat
dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat menutup seluruh
auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita Aceh
ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut
patham dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan
beragam pernik perhiasan seperti tusuk sanggul anting, gelang, kalung,
dan lain sebagainya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Aceh baik untuk pria
maupun untuk wanitanya. Pakaian adat khas Aceh saat ini umumnya hanya
digunakan saat ada upacara adat, seperti upacara pernikahan (dikenakan
oleh pengantin), atau saat pertunjukan seni tari saman. Anda tertarik
untuk menggunakan pakaian adat yang satu ini? Silakan!
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-aceh-nama-gambar-dan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Pakaian adat yang dikenakan pria Aceh adalah baju jas dengan leher tertutup (jas tutup), celana panjang yang disebut cekak musang dan kain sarung yang disebut pendua. Kopiah yang dipakainnya disebut makutup dan sebilah rencong terselip di depan perut.
Wanitanya memakai baju sampai kepinggul, celana panjang cekak musang serta kain sarung sampai lutut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung yang disebut kula, pending atau ikat pinggang, gelang tangan dan gelang kaki. Pakaian ini dipergunakan untuk keperluan upacara pernikahan.
3.Tari-tarian Aceh
a. Tari Seudati, berasal dari arab dengan latar belakang agama islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di Aceh.
b. Tarian Saman Meuseukat, dilakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan ajaran kebajikan, terutama ajaran agama islam.
c. Tarian Pukat, adalah tarian yang melambangkan kehidupan para nelayan dari pembuatan pukat hingga mencari ikan.
d. Tari Rebana, merupakan tari kreasi yang menekankan pada keterampilan
memainkan alat musik "rebana" dalam mengiringi gerak-gerak lincah khas
Aceh. Tari ini biasa ditampilkan dihadapan tamu-tamu agung.
(Tari Saman, salah satu tarian Aceh)
4. Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang dipakai oleh penduduk Aceh adalah rencong.
Wilahan rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat-ayat Al
Quran. Selain rencong, rakyat Aceh mempergunakan pula pedang dengan nama
pedang daun tebu, pedang oom ngom dan reudeuh. Pedang daun tebu dipakai
oleh pamglima perang dan reudeuh oleh para prajurit.
5. Suku
Suku dan marga yang terdapat di Aceh antara lain : Aceh, Alas, Tamiang, Gayo, Ulu Singkil, Simelu, Jamee, Kluet, dan lain-lain.
6. Bahasa Daerah : Aceh, Alas, Gayo, dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar