Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat

Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat

Provinsi ini merupakan provinsi baru di Indonesia yang terbentuk dari pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan, dan kini telah menjadi Provinsi ke-33 yang diresmikan sejak 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukota provinsi Sulawesi Barat ini adalah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km². Secara geografis, provinsi ini terletak di posisi silang dari Segitiga emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah, serta langsung menghadap rute berlayar nasional dan internasional selat Makassar.

Saat ini Sulawesi Barat terkenal dengan kakaonya, kopi (robusta dan arabika), cengkeh, dan kelapa. Emas, batu bara, dan minyak telah menjadikan provinsi makmur. Lebih lengkapnya kebudayaan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat ini akan kami sajikan dibawah ini.

1. Rumah adat
A. Struktur dan Arsitektur Rumah Adat Provinsi Sulawesi Barat
Seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia, rumah Boyang juga merupakan rumah berstruktur panggung yang disusun dari material kayu-kayuan. Rumah adat Sulawesi Barat ini ditopang oleh tiang-tiang dari kayu balok berukuran besar setinggi 2 meter. Tiang-tiang tersebut menopang lantai sekaligus atap rumah. Tiang tidak ditancapkan ke tanah, melainkan ditumpangkan pada sebuah batu datar untuk mencegah kayu cepat melapuk. Mengingat strukturnya yang berupa rumah panggung, rumah adat suku Mandar ini juga dilengkapi dengan 2 buah tangga, satu di bagian depan dan satu lagi di belakang rumah. Tangga-tangga tersebut memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil, biasanya antara 7 sampai 13 buah dan dilengkapi dengan pegangan di sisi kanan dan kirinya. Untuk dinding dan lantai, rumah Boyang menggunakan material papan. 

Khusus bagian dinding, papan yang dipasang umumnya adalah papan yang telah diukir sedemikian rupa sesuai motif khas suku Mandar. Dinding juga dilengkapi dengan beberapa jendela sebagai pengatur sirkulasi udara ke dalam rumah. Atap rumah Boyang berbentuk prisma, memanjang dari depan ke belakang menutupi semua bagian rumah. Atap ini dibuat dari daun rumbia dan dihiasi dengan ornamen-ornamen khusus seperti tumbaq layar dan ukiran bunga melati ujung bubungan, ukiran burung atau ayam jantan di ujung atap, dan ornamen teppang di atas bubungan.
B. Fungsi Rumah Adat Provinsi Sulawesi Barat
Pada masa silam, rumah adat Boyang digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat suku Mandar. Untuk menunjang kegunaan dan fungsi tersebut, rumah adat Sulawesi Barat ini dibagi menjadi beberapa ruangan yang disebut lotang. Lotang utama berjumlah 3, yaitu Samboyang, Tangnga boyang, dan Bui Boyang, sementara lotang tambahan berjumlah 4, yaitu Tapang, Paceko, Lego-lego, dan Naong Boyang. 
  • Samboyang
    • Ruangan ini berada di bagian rumah paling depan. Ukurannya cukup lebar dan biasa digunakan sebagai ruang tamu. Jika ada acara adat ruangan ini juga menjadi ruang utama untuk berkumpul para pria. 
  • Tangnga boyang
    • Ruangan ini berada di tengah rumah setelah ruang Samboyang. Ukurannya lebih ruas dan digunakan untuk tempat berkumpul dan melakukan aktivitas di malam hari bersama keluarga. 
  • Bui’ boyang 
    • Ruangan ini berada di bagian rumah paling belakang. Terdapat beberapa kamar (songi) khusus untuk tidur setiap penghuni rumah. Ada kamar untuk anak gadis, anak bujang, kakek, nenek, dan kamar untuk kepala rumah tangga. Masing-masing kamar di ruang Bui Boyang memiliki ukuran yang beragam. 
  • Tapang
    • Ruangan ini berada di loteng rumah dan biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang (gudang). Di masa silam, tapang juga digunakan sebagai kamar calon pengantin. Letaknya yang tersembunyi menyimbolkan bahwa calon pengantin harus benar-benar dijaga kesuciannya 
  • Paceko
    • Ruangan ini terletak menyilang dengan bangunan induk dan memiliki lebar yang sama. Paceko dalam bahasa Indonesia berarti dapur. Oleh karenanya, ruangan ini juga digunakan untuk tempat memasak dan menyimpan persediaan makanan. Dalam Paceko juga terdapat ruangan bernama pattetemeangang atau kamar mandi. 
  • Lego-lego
    •  Ini adalah bagian depan rumah yang beratap tapi tak berdinding. Fungsinya sebagai teras rumah dan digunakan untuk tempat bersantai saat pagi atau sore hari. 
  • Naong boyang
    • Ruangan disebut juga kolong rumah. Sesuai namanya, ia berada di bawah lantai rumah dan beralas tanah. Biasanya digunakan sebagai kandang ternak sekaligus tempat beraktivitas para wanita untuk mengisi waktu luang, misalnya untuk tempat manette (menenun) kain sarung bagi kaum wanita.

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofi Rumah Adat Provinsi Sulawesi Barat
Ada beberapa keunikan yang terdapat dalam gaya arsitektur rumah adat Sulawesi Barat yang bernama rumah Boyang ini. keunikan-keunikan tersebut dapat menjadi ciri khas tersendiri yang membedakan rumah adat suku Mandar ini dengan rumah adat suku lain di Indonesia. Ciri khas dan keunikan tersebut antara lain: 
  • Berupa rumah panggung dengan tiang balok yang berukuran besar. Rumah ini dilengkapi dengan 2 buah tangga yang terdapat di bagian depan dan belakang rumah. 
  • Memiliki atap berbentuk pelana yang memanjang dari depan ke belakang menutupi rumah. 
  • Dibangun menghadap ke timur (arah matahari terbit) sebagai simbol keselarasan kehidupan. 
  • Rumah ini dihiasi dengan ragam ornamen, baik di bagian atap, dinding, plafon, tangga, hingga bagian-bagian lainnya. Ornamen tersebut selain berfungsi sebagai hiasan juga memiliki nilai filosofis yang menjadi identitas sosial kemasyarakatan bagi suku Mandar. 

2. Pakaian Tradisional

Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional Sulawesi Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahann, dll yang memiliki keragaman dalam busananya.Pakaian adat Sulawesi Barat khas Suku Mandar bernama Busana Pattuqduq Towaine.
A. Pakaian Adat Wanita Sulawesi Barat 
Pakaian adat Pattuqduq Towaine biasanya dikenakan wanita Mandar Sulawesi Barat pada saat upacara pernikahan atau saat sedang menarikan tari tradisional Patuqdu. Khusus untuk yang dikenakan pada saat pertunjukan tarian, busana ini terdiri atas 18 aksesoris, sementara untuk busana pengantin terdiri dari 24 aksesoris. Kesemua aksesoris tersebut dapat digolongkan menjadi 5 bagian yaitu pakaian utama, penghias kepala, perhiasan badan, dan perhiasan tangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian tersebut.
  • Pakaian Utama 
    • Pakaian utama terdiri dari baju rawang boko (baju pokkoq) sebagai atasan dan lipaq saqbe sebagai bawahan. Baju boko adalah semua baju kurung sebatas lengan yang umumnya dibuat dari bahan kain berwarna cerah. Sementara lipaq saqbe adalah sarung sutra khas mandar yang dibuat menggunakan teknik tenun tradisional. Sarung lipaq saqbe dapat dibuat dengan beragam motif, di antaranya sureq maraqdia (corak raja), sureq pangulu (corak penghulu), sureq batu dadzima (corak biji delima), sureq puang limboro (corak pappuangang limboro), sureq puang lembang, dan lain lain. Selain sebagai penambah nilai estetika, motif-motif sarung pada pakaian adat Sulawesi Barat ini dapat berfungsi sebagai identitas sosial.
  • Penghias Kepala 
    • Untuk mempercantik penampilan rambut dan melengkapi keindahan pakaian adat Sulawesi Barat yang dikenakan, para wanita Mandar umumnya akan menambahkan beberapa hiasan di sanggulan rambutnya. Hiasan tersebut terdiri atas bunga emas dan gal (bunga melingkar yang digunakan sebagai bando). Dalam pemakaiannya, ada aturan adat yang mengatur pemakaian hiasan ini berdasarkan status sosial pemakainya.
  • Perhiasan Badan 
    • Selain menggunakan perhiasan bunga di kepala, ada pula beberapa perhiasan badan lainnya yang dikenakan para wanita sebagai pelengkap pakaian adat Sulawesi Barat khas suku Mandar yang digunakan. Perhiasan badan tersebut antara lain kawari (perisai), tombi diana (rantai uang logam), tombi sare-sare (hiasan kain segi empat berwarna merah dan hijau), dali (anting) dan tombi tallu. 
    • Kawari adalah perisai khas wanita Mandar yang biasanya dikenakan di sekitar pinggul. Ada aturan tersendiri mengenai pemakaian kawari. Jika dikenakan 4 buah maka yang memakainya berarti golongan bangsawan, sementara jika dikenakan 2 buah yang memakainya berarti golongan tau pia beasa (orang biasa).

  • Perhiasan Tangan 
    • Khusus untuk perhiasan lengan dan tangan, wanita Mandar mengenal banyak ragam pernik. Berikut ini perlengkapan perhiasan tersebut. 
    1. Gallang Balleq adalah sepasang gelang berukuran 15 -  20 cm yang dipakai dikedua tangan. 
    2. Poto adalah gelang kecil yang dikenakan di kedua lengan untuk mengapit gelang besar. 
    3. Jima Salletto adalah gelang lebar yang diikatkan pada bahu. 
    4. Teppang adalah gelang yang diikatkan di bawah Jima Salletto. 
    5. Jima maborong adalah gelang pengganti Jima Salletto yang khusus dikenakan oleh wanita golongan bangsawan. 
    6. Kaliki adalah ikat pinggang. 
    7. Sima-simang adalah gelang yang bulirannya berjumlah 8 berukuran sebesar kelereng.

B. Pakaian Adat Laki-Laki Sulawesi Barat 
Berbeda dengan pakaian adat wanita yang sangat rumit dengan banyak kelengkapannya, pakaian adat laki-laki Sulawesi Barat khas Suku Mandar terbilang begitu simpel. Pria mengenakan jas tertutup warna hitam yang berlengan panjang. Atasan ini dipadukan dengan celana panjang dan kain sarung yang dililitkan di pinggang sebagai bawahan. Simpelnya pakaian laki-laki ini melambangkan bahwa laki-laki suku Mandar haruslah gesit dalam bekerja dan bertindak. 
3. Tari Daerah

  • Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.
  • Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung.  Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.
  • Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.

4. Senjata Tradisional
1.Belati (Jambia)
Merupakan Senjata tradisional, sejenik badik. Bentuknya agak melebar pada bagian tengah bilah (seqde ‘pinggang’ samping’) dan ujungnya runcing.
Macam Jambia
Ada dua dua jenis jambia yaitu 
  1. Jambia baine(prempuan)  
  2. Jambia muane (jambia laki-laki)

Dibandingkan dengan badik dari daerah lain di Sulawesi selatan, ciri jambia bisa dilihat apakah mempunyai cipiq dan bisaq. Cipiq adalah tanda pada jambia yang terbelah dua ujungnya, dan bisaq adalah tanda membelah dua bagian tondong (tengkuk) maksudnya punggung badik, dan tembus dari atas hingga ke bawah bawah.

2. Badik
Badik Sulawesi Barat berukuran pendek, panjang matanya antara 18—20 cm dan lebar 2 cm. Badik mempunyai mata yang tebal di bagian belakangnya dan runcing di ujungnya. Hulu dan sarungnya dibuat dari kayu, tanduk, dan gading.

3.Keris (Gayang)
Di Mandar juga dikenal dua jenis keris atau gayang yaitu “gayang lekkong (keris luk) dan sapukala (keris yang bentuknya lurus). Mengenai kedua jenis keris ini, ada “ussul” yang sempat kami dengar dari warga di sana bahwa gayang lekkong (keris luk) cocoknya untuk mereka yang memiliki rambut ikal atau keriting. Sedang sapukala cocoknya untuk mereka yang berambut lurus.

4. Kandawulo (Parang Panjang)
Merupakan senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.

5. Suku-suku Sulawesi Barat: 
Ada terdiri dari Makassar (1,59%),Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Suku Mandar (49,15%), dan suku lainnya (19,15%).

6. Lagu Daerah:
  1. Bulu Londong, 
  2. Malluya, Io-Io, 
  3. Ma'pararuk.

7. Bahasa Daerah:
  1. Bahasa Mandar, 
  2. Bahasa Bugis, 
  3. Bahasa Toraja, 
  4. Bahasa Makasar

Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara, Semoga bermanfaat. Terima Kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kebudayaan maluku utara

senjata tradisional jawa tengah

Pesona Budaya Kalimantan Selatan