pakaian adat jawa tengah

PAKAIAN ADAT JAWA TENGAH





Pakaian Adat Jawa Tengah Lengkap, Gambar dan Penjelasannya

Pakaian Adat Jawa Tengah Lengkap, Gambar dan Penjelasannya - Masyarakat Jawa mengenal bermacam-macam pakaian adat. Akan tetapi, yang dijadikan simbol (identitas) pakaian adat Jawa Tengah adalah pakaian adat Surakarta. Pakaian adat Jawa Tengah (Surakarta) dikelompokkan menjadi dua, yaitu pakaian untuk kerabat keraton (bangsawan)dan rakyat biasa. Pakaian adat keraton dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pakaian untuk pria dan pakaian untuk wanita. 

Pakaian Adat Pria (Jawi Jangkep)

Berdasarkan keperluannya, pakaian adat Jawi Jangkep dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pakaian harian dan pakaian bukan harian. Pakaian harian (padintenan) berwarna bukan hitam, sedangkan pakaian bukan harian (sanes padintenan) berwarna selalu hitam yang digunakan untuk upacara adat. Adapun kelengkapan pakaian Jawi Jangkep, meliputi destar (ikat belangkon) dan kuluk, rasukan krowok; artinya berlubang di belakang sebagai tempat keris, sabuk (stagen), epek, timang, dan lerep (semacam ikat pinggang), nyamping (kain), wangkingan atau keris, serta lambaran suku atau selop.
gambar pakaian adat jawa tengah (jawi jangkep)
Sumber : Selayang Pandang Jawa Tengah : Giyarto

Pakaian Adat Wanita 

Pakaian kaum perempuan adat keraton Surakarta merupakan pakaian tradisional Jawa yang mencerminkan putri keraton. Istilah putri keraton ini mengisyaratkan adanya makna keibuan, keanggunan, kelembutan, kesopanan dan sejenisnya. Kelengkapan pakaian putri Keraton Surakarta , meliputi ungkel atau sanggul, kebaya, semekan, setagen, januran, dan slepe mirip epek, dan timang (pakaian pria), serta kain panjang (sinjang dan dhodhotan) atau nyamping. Kelengkapan pakaian tersebut pemakaiannya disesuaikan dengan umur, kepangkatan dan keperluannya. Sehubungan dengan hal tersebut di Keraton Surakarta dikenal adanya jenis atau model busana putri.
Pakaian keseharian rakyat biasa dibedakan menjadi dua, yaitu yang dikenakan oleh kaum pria dan kaum wanita. Kaum pria sehari-hari memakai pakaian yang terdiri atas celana kolor berwarna hitam, baju lengan panjang, ikat pinggang besar (timang), ikat kepala, dan kain sarung. Kain sarung biasanya dikenakan pada waktu sore hari. Kaum wanita sehari-hari memakai tapih pinjung, setagen, kemben, dan rambut digelung (disanggul)

gambar pakaian adat pengantin jawa tengah
Sumber : Various sources from Search Google Image Indonesia.
Pakaian adat  yang digunakan untuk upacara perkawinan terdiri atas pakaian pengantin pria dan pakaian pengantin wanita. Pengantin pria memakai pantalon merah dengan pola alas-alasan. Kelengkapan lainnya yaitu ikat pinggang lebar, gasper berbentuk biji jagung, kalung ulur, kuluk mathak, dan selop. Pengantin wanita memakai pakaian berwarna merah dengan bagian luar mengenakan dodot berpola alas-alasan. Kelengkapan lainnya berupa konde berbentuk mangkuk terbalik dengan krukup, hiasan kembang melati berbentuk biji ketimun, cunduk mentul, gelang, cincin, borokan, beberapa untuaian kembang melati dan selop.
Demikian ulasan tentang "Pakaian Adat Jawa Tengah Lengkap, Gambar dan Penjelasannya" yang dapat kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Jawa Tengah : Giyarto". Baca juga artikel kebudayaan Indonesia menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.
http://www.senibudayaku.com/2017/10/pakaian-adat-jawa-tengah-lengkap.html 


Tahap-Tahap Merias Wajah dan Makna Filosofinya
1. Ratusan
Pemberian wewangian tradisional pada rambut dan kadang bagian intim kewanitaan agar harum.
2. Halup-Halupan (cukur/ kerik rambut)
Pembersihan wajah pengantin dengan cara mencukur rambut halus yang tumbuh di dahi atau memotong rambut menjuntai ke dahi sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk dibuat pola wajah.
3. Cengkorongan
Pembuatan pola wajah Paes Ageng gaya Yogyakarta. Penentuan bentuk dan pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan pensil yang hasil akhirnya berupa gambar samar-samar / tipis.
Cengkorong meliputi:
  •  Citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung di antara dua alis yang memiliki makna bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide atau pikiran. Panunggul, pangapit, panitis, godeg. 
    • Panunggul dibuat di atas citak, ditengah-tengah dahi, berbentuk meru (gunung) melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal). Ditengah-tengah panunggul diisi hiasan berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani hidup.Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, mengandung makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan atau dihormati
    • Pengapit terletak di kiri kanan panunggul berbentuk seperti meru (gunung) namun langsing
    • Penitis terletak di antara pengapit dan godheg.
Pengapit, penitis, godheg dibuat sebagai keseimbangan wajah, maka diletakkan simetris dengan panunggul.
  • Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah (tanduk rusa). Rusa merupakan simbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga
Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang disebut jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan mengaguminya.
4. Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola dasar dan tampak pantas (layak), baru kemudian paes wajah diselesaikan dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi paesan dadi (paes jadi)
5. Dandos
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep pengantin (pengantin berdandan lengkap) yang meliputi sanggul pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju pengantin, dan dandosan (berbusana) lain selengkapnya
     
        a. Hiasan Sanggul.
Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan bokor mengkurep. Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati. Perpaduan  daun pandan dan bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.

Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru (hijau) yang dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri - kanan gelung. Tiga warna bunga itu melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).

Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah disebut ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas permata
Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral.
       
          b. Asesoris Paes Ageng
Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang dengan seni tinggi dan sangat halus. Satu set perhiasan ini berupa :
    Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas  sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam saat itu, yaitu sholat 5 waktu seperti yang tercantum dalam Al-Quran
    
     Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunung, sebagai simbol kesakralan. Sehingga Pengantin diharapkan dapat menunjukkan kesakralan/ kesucian. Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
    
     Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana

    Gelang Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas

    Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga dunia.

    Centhung (berbentuk gerbang)
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga

    Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis bahwa para putri tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena sebagai simbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di jari manis sebagai simbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari kelingking simbol untuk selalu trampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai simbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik

         C. Busana 
Busana dalam Paes Ageng terdiri dari:
Kain Dodot/Kampuh berukuran 4 – 5 meter dengan lebar 2-3 meter.Motif batik yang sering digunakan adalah Sido Mukti, Sido Asih, Semen Rama, Truntum. Motif -motif tersebut mempunyai makna filosofi yang sangat bagus berupa harapan akan berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang kekal, saling berbagi dan mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan dikaruniai hidup sejahtera.
Selain kain panjang, pengantin putri memakai pakaian dalam dan selendang kecil (udet) berupa kain sutra motif cinde. Konon motif ini merupakan lambang sisik naga, yaitu simbol kekuatan. Sumber  lain mengatakan bahwa motif cinde sebagai penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran (dewi padi).
https://tirasennawedding.blogspot.co.id/2015/06/perkawinan-serta-makna-riasan-dan.html



Related image

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kebudayaan maluku utara

senjata tradisional jawa tengah

Pesona Budaya Kalimantan Selatan