pesona budaya bangka belitung
Kebudayaan Provinsi Bangka Belitung
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangkadan Pulau Belitung serta
pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat
Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang
berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur
Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung
dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan
kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang.
Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari2001. Setelah
dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen
Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.
Bangka dikenal dengan pantainya , namun Bangka pun mempunyai keragaman budaya. Dari budaya lokal hingga budaya “Import” yang dibawa para pendatang. Keragaman budaya inilah yang belakangan menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata dalam Bangka.Pulau Bangka dikelilingi lautan, laksana surga-surga bagi para nelayan. Karena itu sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan. Dalam perkembangannya, latar belakang masyarakat Bangka yang sebagian besar nelayan itu, ternyata turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal.
Bangka dikenal dengan pantainya , namun Bangka pun mempunyai keragaman budaya. Dari budaya lokal hingga budaya “Import” yang dibawa para pendatang. Keragaman budaya inilah yang belakangan menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata dalam Bangka.Pulau Bangka dikelilingi lautan, laksana surga-surga bagi para nelayan. Karena itu sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan. Dalam perkembangannya, latar belakang masyarakat Bangka yang sebagian besar nelayan itu, ternyata turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal.
Meski saat
ini pola hidup masyarakat Bangka telah mulai bergeser, kebudayaan lokal
yang mengandung unsur nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi
kehidupan masyarakatnya. Paling tidak saat ini ada dua event budaya
besar yang berhubungan dengan nelayan, yakni, upacara rebo kasan dan
buang jong. Selain itu ada ritual-ritual budaya yang dipengaruhi unsur
religi, sementara pertunjukan kesenian Barongsai mewakili kebudayaan
masyarakat pendatang (Tionghoa)
Tapi diantara banyak ritual budaya di Bangka, upacara sepintu sedulang boleh jadi memiliki makna yang khusus. Inilah ritual yang menggambarkan persatuan masyarakat Bangka.
Sepintu Sedulang
Kata sepintu sedulang
adalah semboyan dan motto masyarakat Bangka yang bermakna adanya
persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu
kegiatan penduduk pulau Bangka pada waktu pesta kampung membawa dulang
berisi makanan untuk dimakan tamu tau siapa saja di balai adat. Dari
ritual ini, tercermin betapa masyarakat Bangka menjujung tinggi rasa
persatuan dan kesatuan serta gotong royong, bukan hanya dilaksanakan
penduduk setempat melainkan juga dengan para pendatang.
Banyak hal
yang menarik untuk di ketahui tentang kebudayaan yang anda di Bangka
Belitung. Banyak even budaya Bangka Belitung yang bisa menarik kunjungan
wisatawan asing atau lokal. Dan even budaya yang terdapat di propinsi
ini menjadi kekayaan seni dan budaya masyarakat Bangka Belitung. Budaya
yang sudah menjadi bagian dari adat masyarakat Bangka Blitung
diantaranya adalah Perang Ketupat, Buang Jong, Mandi Belimau, Ruwah,
Kongian, Imlek, Sembahyang Rebut, Sembahyang Kubur, Kawin Masal,
Nganggung.
1. Rumah adat Bangka Belitung
Rumah Limas
Rumah panggung, rumah limas dan rumah
rakit merupakan rumah tradisional Bangka Belitung. Hampir sama dengan
propinsi lain yang ada di Pulau Sumatera model arsitektur rumah adat
Bangka Belitung berciri arsitektur Melayu. Terdapat tiga macam ciri
arsitektur rumah adat yaitu arsitektur Melayu awal, Melayu Bubung
Panjang dan Melayu Bubung Limas. Arsitektur rumah Melayu Awal berujud
rumah panggung kayu dimana hampir semua bahan material yang di pakai
untuk rumah ini berupa kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau
alang-alang yang banyak tumbuh dan sangat mudah diperoleh di sekitar
pemukiman.
Arsitektur rumah Melayu Awal ini biasanya beratap tinggi dan sebagian atapnya miring. Saat pembangunan rumah yang berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang, dimana bangunan rumah yang didirikan memiliki 9 buah tiang. Tiang utama tempatnya di tengah dan didirikan pertama kali. Kemuduan atap rumah ditutup dengan daun rumbia. Sementara bagian dindingnya biasanya dibuat dari bahan pelepah/kulit kayu atau menggunakan buluh (bambu).
2. Pakaian Adat Tradisional Bangka Belitung
Pakaian Adat
Pengantin Perempuan terdiri dari baju kurung dengan bahan beludru merah
yangdilengkapi dengan teretai atau penutup dada serta menggunakan kain
Cual yaitu kain tenun asliBangka yang berasal dari Mentok. Selain itu
para Pengantin Perempuan juga menggunakanHiasan Kepala dan dilengkapi
dengan asesoris-asesoris. Pakaian Pengantin Pria ini berwarna merah dan
biasanya dari bahan beludru dengan hiasanManik-Manik dan sama seperti
Pengantin Perempuan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melatiuntuk keindahan
dan keharuman alami (bukan keharusan)
3. Lagu Daerah
Miak Serumpun, Bujang Lapok, Men Sahang Lah Mirah
3. Lagu Daerah
Miak Serumpun, Bujang Lapok, Men Sahang Lah Mirah
4. Suku
Suku Melayu Belitung merupakan suku asli, Arab, dan Jawa
5. Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Melayu.
6. Senjata Tradisonal
Jika Masyarakat Jawa memiliki senjata tradisional keris, kujang dan sebagainya. Bangka Belitung juga memiliki senjata tradisional yaitu parang, kedik dan siwar panjang. Senjata tradisional merupakan simbolisasi yang ada disetiap daerah Indonesia (Hanya ada di indonesia yang memiliki keanekaragaman segalanya) yang memiliki makna khusus atau pesan khusus atau simbol khusus dan sebagainya. Sebagai negara Indonesia kita patut bangga dengan keberagaman ini.
Parang
Parang hampir
menyerupai golok dari betawi namun bukan golok. Parang berbentuk
seperti layar kapal, yang digunakan untuk perkelahian jarak dekat. Ujung
parang dibuat berat dan lebar yang mana fungsi nya untuk meningkatkan
beban saat memotong sesuatu, agar sasaran dapat terpotong dengan cepat.
Kendik
Kedik
digunakan sebagai alat pertanian yang biasa digunakan untuk membersihkan
rumput yang tumbuh dibawah tanaman. Fungsinya hampir sama dengan
cangkul, namun kedik berukuran lebih kecil dan bentuk nya bengkok ke
kiri.Siwar Panjang adalah Senjata tradisional Bangka Belitung
7. Seni Tari
1. Campak darat dan Campak laut
Tari Campak merupakan tarian dari daerah Bangka-Belitung yang menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun).
Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.
a. Campak Darat
Tari Campak merupakan tarian dari daerah Bangka-Belitung yang menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari ume (kebun).
Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.
a. Campak Darat
Tari
campak merupakan tari khas dari masyarakat pulau Belitung yang
merupakan tari hiburan bagi semua lapisan masyarakatnya. Tari ini
dibawakan oleh dua atau empat orang penari wanita diiringi oleh penari
pria secara bergantian. Peria yang ingin turun menari harus meberi
imbalan berupa uang yang dicampakan disuatu tempat/kaleng yang
disediakan didepan penari wanita, dari sinilah lahir nama campak.
Biasanya dalam tarian ini diselingi dengan pantun berbalas diantara
penari pria dan wanita sehingga tarian ini akan sangat meriah dan ceria.
Sebagai alat pengiring tari campak berupa tawak-tawak, gendang dan
biola.
b. Campak Laut
b. Campak Laut
Tari campak laut oleh masyarakat suku
sawang merupakan tarian suka cita yang biasanaya dilaksanakan dalam
mengiringi kegiatan upacara ritual muangjong pada setiap tahun. Tarian
ini dilaksanakan secara berpasang-pasangan baik tua maupun muda. Tari
gembira ini diikuti dengan nyanyian dan diiringi alat music seperti gong
dan gendang. Biasanya dilakukan hingga larut malam.
2. Tari Sepen (Seni Pencak)
2. Tari Sepen (Seni Pencak)
Sepen
termasuk salah satu tarian tradisional masyarakat Belitung yang
mengandung unsur-unsur gerakan pencak silat. Sepen sudah menjadi tarian
pergaulan, sering ditarikan untuk menyambut tamu pemerintahan atau
wisatawan yang datang ke Pulau Belitung. Tarian ini bisa dilakukan
berpasang-pasangan antara pria dan wanita. Penekanan tarian ini pada
kelincahan gerakan kaki dan tepuk tangan sipenari.
3. kesenian Lesung Panjang
3. kesenian Lesung Panjang
Lesung
panjang adalah nama dari alat dan permainan itu sendiri. Biasanya
dimainkan pada saat musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah
lesung yang terbuat dari kayu pilihan yang bersuara keras dan jernih.
Panjang lesung bervariasi antara 1 – 1,5 meter dengan dia meter 25 cm
sampai 30 cm.
Alat untuk memukul lesong dinamakan alu dengan panjang bervariasi dari 75 cm hingga 120 cm dengan dia meter hingga 6 cm lesong dibuat dengan bebagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemain.
4. Tari Tulak Balak
Alat untuk memukul lesong dinamakan alu dengan panjang bervariasi dari 75 cm hingga 120 cm dengan dia meter hingga 6 cm lesong dibuat dengan bebagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemain.
4. Tari Tulak Balak
Tarian
tulak balak diangkat dari upacara yang sering dilakukan masyarakat
untuk menolak mara bahaya guna menjaga keselamatan kampung dari berbagai
penyakit, seperti penyakit sampar, penyakit menular dan menolak bencana
alam serta menghindari pertikaian antar warga.
Tarian ini dilakukan dari ujung ke ujung kampung, guna mengusir bencana alam dari kampung digunakan kesalan berupa irisan daun neruse, ati-ati, dan bunga rampai yang telah diberi mantera oleh dukun kampung.
Tarian ini dilakukan dari ujung ke ujung kampung, guna mengusir bencana alam dari kampung digunakan kesalan berupa irisan daun neruse, ati-ati, dan bunga rampai yang telah diberi mantera oleh dukun kampung.
Tradisi Provinsi Bangka Belitung Lainnya :
1. Maras Taun
1. Maras Taun
Maras taun
berasal dari kata maras yang berarti meniris (membersikan duri halus)
sedangkan taun berasal dari kata tahun. Maras tahun diadakan setiap
setahun sekali oleh masyarakat Belitung didesa dan kecamatan sebagai
wujud rasa syukur setelah melewati musim panen padi. Maras taun
merupakan pertanggung jawaban dukun kampung kepada masyarakat. Ritual
utama maras taun adalah: doa awal, tepong taw bwlitung dan doa penutup.
Dalam perayaan ini kita bias menyaksikan kesenian tradisonal khas
Belitung seperti tari sepen, nutok lesong panjang dan ngemping.
Maras taon adat bari’e Urang Belitong dan sampai saat ini masih tetap dilakukan di pulau Belitung namun banyak yang tidak mengetahui bagaimana asal maras tahun ini terjadi di Pulau Belitung.Maras Taun atau disebut juga Maras Taon. Bermuasal sejak kurun waktu yang tak diketahui pasti. Muncul dan berkembangnya prosesi itu seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitong. Mulanya penduduk atau masyarakat Belitong yang menempati bagian pesisir atau pedalaman daratan, hidup berelompok menempati wilayah pemukiman yang disebut Kubok dan Parong.
Penghuni Kubok merupakan komunitas kecil berasal dari sebuah keluarga yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga hingga membentuk perkampungan kecil yang disebut Kubok dan Kubok ini dipimpin seorang yang dituakan disebut Kepala Kubok.
Penghuni Parong merupakan komunitas keluarga yang tidak berasal dari satu keluarga tapi dari beberapa keluarga dan jumlahnya lebih ramai hingga membentuk sebuah perkampungan.
Baik Parong atau pun Kubok dipimpin seorang ketua adat yang “dituakan” disebut kepala Parong atau kepala Kubok. “Dituakan” artinya memiliki kepiawaian, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok itu juga otomatis merangkap menjadi dukun yang melindungi warganya.
Kemudian Parong atau Kubok beriring masa bertambah populasinya, ketika sudah menjadi sebuah perkampungan maka dukun tersebut tetap menjadi dukun sekaligus merangkap kepala kampungnya, kini dalam masyarakat Belitong dikenal adanya dukun kampong. Pola ini terus mentradisi hingga zaman ini, bahwa di tiap kampung harus tetap memiliki seorang dukun kampung disamping adanya lurah atau kepala desa sebagai pimpinan politis adminisratifnya.
Pembukaan
Kubok atau Parong bermula dari membuka hutan guna untuk berladang padi
tegalan; sebagai sumber makanan utamanya penduduk Belitong. Sebagai rasa
syukur atas panen inilah kemudian diadakan perhelatan ritual Maras taun
pada setiap tahunnya. Dalam rasa syukur ini dimintakan pada yang Maha
Kuasa untuk keselamatan warga dan keberhasilan untuk panen di tahun
mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut Memaras atau
berselamatan tahun yang kemudian disebut saja dengan “Maras Taon atau
Maras tahun.
2. Beripat Beregong
2. Beripat Beregong
Beripat
Beregong Sejenis pemainan adu ketangkasan derngan mengunakan rotan
sebagai alat pemukul. Masing-masing pemain mengandalkan kemampuan
menangkis dan memukul punggung lawan. Yang menjadi pemenangnya
ditentukan punggung yang paling sedikit akibat sabetan rotan.
Permainnan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam diantara sesame pemain. Biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain harus mencari yang disebut nigal yaitu lawin tanding.musik pengiringnya dimeriahkan buyi-bunyian yang terdiri dari music pukul berupa kelinang (gemelan dan gong) serta serunai (alat music tiup) music tersebut dimainkan diatas sebuah bangunan yang tingginya 5 – 6 meter yang disebut balai peregongan.
Permainnan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam diantara sesame pemain. Biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain harus mencari yang disebut nigal yaitu lawin tanding.musik pengiringnya dimeriahkan buyi-bunyian yang terdiri dari music pukul berupa kelinang (gemelan dan gong) serta serunai (alat music tiup) music tersebut dimainkan diatas sebuah bangunan yang tingginya 5 – 6 meter yang disebut balai peregongan.
Menurut cerita yang berkembang secara turun temurun, asal mula beripat - beregong bermula dari sebuah kelaka'--sebutan masyarakat Belitung untuk sebuah kampung kecil yang jauh di tengah hutan dan umumnya terletak tak jauhdari ume (huma, dalam bahasa Indonesia, red.) masyarakat. Keleka' tersebut dikenal dengan nama Keleka'Gelanggang (sekarang Desa Mentigi
Setelah rotan diberi air jampi, semuanya bersiap-siap. Kedua pemain pun masuk ke gelanggang diiringi tempik sorak penonton. Semua pengigal yang ada di arena pun harus meninggalkan arena. Kedua orang ini saling berhadapan-hadapan, membuat gaya yang cukup menarik dalam memukul maupun menagkis. Padahal pertandingan sama sekali belum dimulai. Sekejap kemudian pertandingan pun siap dimulai. Kedua jago bersalaman lebih dulu, sambil mengucapkan kata: “Kite ne cuma main, ndak ade dendam udanya.” Dan, sang lawan pun akan menjawabnya dengan ucapan: “Silekan sidak ngempok dulu'”. Setelah itu pertandingan pun dimulai. Kedua jago saling serang, memukul dan menangkis. Suara besutan rotan pun seakan memecah kesunyian malam ditingkahi tempik sorak penonton yang mendukung jagonya masing-masing. Setelah pertandingan berjalan cukup lama, juru pisah turun ke gelanggang, menghentikan pertandingan. Kedua jago pun dibawa ke hadapan dukun. Karena, biasanya, para petarung ini adalah juara di keleka'-nya, jarang ada yang terluka parah.
Beripat ini merupakan sejenis permainan ketangkasan dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul. masing-masing pemain mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Untuk menentukan pemenangnya dilihat dari masing-masing punggung pemain yang luka paling sedikit akibat sabetan rotan.
3. Upacara Adat Ritual Buang Jong
Buang Jong
berasal dari dua suku kata. Buang artinya membuang; dan Jong artinya
adalah Jong (sejenis perahu). Dengan kata lain Buang Jong berarti
membuang atau melayarkan perahu Jong ke laut, dalam ritual tradisi ini
adalah miniatur perahu.
Buang Jong – ritual tradisi melepas miniatur perahu yang disebut Jong dan Ancak yang terbuat dari kerangka bambu yang dibentuk seperti rumah yang berisi berbagai macam sesaji – merupakan budaya tradisional, turun-temurun dilakukan setiap tahun oleh Suku Sawang di Belitung pada setiap dimulainya angin barat musim, biasanya pada bulan Agustus atau November, di mana angin dan gelombang sangat besar. Di Belitung, ini disebut Musim Barat. Melalui upacara ritual Buang Jong dengan tujuan meminta perlindungan dan keselamatan, sehingga mereka akan terhindar dari bencana saat mereka berlayar ke laut lepas untuk menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka.
Buang Jong – ritual tradisi melepas miniatur perahu yang disebut Jong dan Ancak yang terbuat dari kerangka bambu yang dibentuk seperti rumah yang berisi berbagai macam sesaji – merupakan budaya tradisional, turun-temurun dilakukan setiap tahun oleh Suku Sawang di Belitung pada setiap dimulainya angin barat musim, biasanya pada bulan Agustus atau November, di mana angin dan gelombang sangat besar. Di Belitung, ini disebut Musim Barat. Melalui upacara ritual Buang Jong dengan tujuan meminta perlindungan dan keselamatan, sehingga mereka akan terhindar dari bencana saat mereka berlayar ke laut lepas untuk menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka.
Jong dan Ancak untuk mempromosikan tradisi ini menjadi salah satu kegiatan pariwisata, saat ini, dapat disaksikan pada setiap November, dengan nama Festival Buang Jong untuk di Kabupaten Belitung. Sedangkan di Kabupaten Belitung Timur, Buang Jong sendiri sering dilakukan pada bulan Februari di Pantai Mudong.
4.Nirok Nanggok
Merupakan
acara penangkapan ikan secara masal yang masih dilaksanakan oleh
masyarakat desa Belantu, Kemiri dibagian Selatan Pulau Belitung. Acara
ini hanya diadakan pada musim kemarau panjang antara bulanAgustus s/d
September.Pada musim kemarau banyak sungai-sungai menjadi surut dan
didalamnya terdapat banyak ikan. Alat yang digunakan berupa "Tirok dan
Tanggok". Tirok:semacam tongkat kayu yang dibagian pangkalnya dipasang
mata tombak, Tanggok: semacam raga yang terbuat dari rotan yang dijalin.
Acara ini termasuk sakral, karena itu dalam pelaksanaannya harus
melalui tahap-tahap yang cukup panjang dan aturan-aturan tertentu yang
tidak boleh dilanggar.
Semua prosesi
acara ini dipimpin oleh seorang dukun air dan dihadiri oleh pemuka
kampong dan seluruh penduduk setempat. Fungsi acara ini adalah
mengompakkan/menyatukan dan mempertebal kepatuhan penduduk akan adat
yang mereka miliki. Disamping itu juga untuk mengatur penangkapan ikan
di sungai-sungai yang telah ditentukan guna melestarikan ikan yang ada
di sungai tersebut.
Nirok Nanggaok adalah budaya orang Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada musim kemarau panjang , pada saat sungai- sungai dan rawa menjadi kering . Nirok Nanggok adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok ( sejenis tombak bermata besi runcing) dan Tanggok ( sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu).
Nirok Nanggaok adalah budaya orang Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada musim kemarau panjang , pada saat sungai- sungai dan rawa menjadi kering . Nirok Nanggok adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok ( sejenis tombak bermata besi runcing) dan Tanggok ( sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu).
Kegiatan ini
biasanya dilakukan beramai - ramai oleh satu kampung dipimpin oleh
seorang dukun kampong yang memimpin jalannya acara.“Nirok Nanggok is a
traditional culture of Belitung people especially in the rural district.
This ceremony held in dry season when rivers and swamps dried . Nirok
Nanggok is a festifal tocatch fish in dried rivers and swamps using
Tirok ( a sharp thin harpoon ) and Tanggok ( fish catcher tool ). Nirok
Nanggok held by all people in a village and ruled by a dukun kampong.”
“Dua tradisi musim kering, mentandik dan nirok nanggok digemari
masyarakat Belitong” kata Sjahchroelsiman, Ketua Lembaga Adat Belitung
kepada Wakil Bupati Belitung, Sahani Saleh. Mandi besimbor meruupakan
puncak acara dari seluruh rangkaian perkawinan adat belitung, yaitu
kedua mempelai akan dimandikan dengan air kembang oelh kedua keluarga
yang akan diikuti oleh para tamu undangan dengan saling bersiraman air
dan kemudian dilanjutkan dengan upacara injak telor serta berebut masuk
kamar temanten.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Bangka Belitung, Semoga Bermanfaat. Terima Kasih.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Bangka Belitung, Semoga Bermanfaat. Terima Kasih.










Komentar
Posting Komentar