Pesona Kebudaaan Sulawesi Tenggara
Pesona Kebudaaan Sulawesi Tenggara
Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara
Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara - Sulawesi Tenggara
adalah salah satu dari enam provinsi di Pulau Sulawesi. Wilayah provinsi
ini meliputi jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau di
sekitarnya. Posisi geografis Sulawesi Tenggara berada di selatan
katulistiwa diantara 3º-6º Lintang Selatan dan 120º45'-124º60' Bujur
Timur. Secara geografis wilayah ini mempunyai batas-batas, sebagai
berikut.
- Batas utara : Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah
- Batas selatan : Laut Flores
- Batas timur : Laut Banda
- Batas barat : Teluk Bone
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah daratan kurang lebih seluas
38.067.70 km², dan wilayah perairan sekitar 110.000 km². Provinsi
Sulawesi Tenggara terdiri dari delapan Kabupaten dan dua kota, yaitu
Kab. Kolaka, Kab. Konawe, Kab. Muna, Kab. Buton, Kab. Konawe Selatan,
Kab. Bombana, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka Utara, Kota Kendari, dan Kota
Bau-Bau.
A. Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara yang dihuni beberapa suku bangsa memiliki
sejumlah bahasa daerah yang berbeda. Bahasa daerah yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
- Bahasa Tolaki meliputi dialek Mekongga, Wawonii, Kulisusu, Konawe, Mororene, dan Kabaena.
- Bahasa Muna (Wuna) meliputi dialek Mawasangka, Tiworo, Siompu, Kotabengke, dan Kadatua, dan Gu.
- Bahasa Pancana meliputi dialek Kamaru, Lasalimu, Kapontori, dan Kaisabu.
- Bahasa Wolio (Buton) meliputi dialek Pesisir, Keraton, Tolandona, Bungi, dan Talaga.
- Bahasa Cia-Cia meliputi dialek Batauga, Wabula, Sampolawa, Takimpo, Kondawa, Laporo, Halimambo, Wali dan Batu Atas.
- Bahasa Suai meliputi dialek Kaledupa, Tomia, Wanci dan Binongko.
Selain bahasa-bahasa daerah di atas, di beberapa daerah digunakan pula
bahasa Bajo dan Bugis. Jadi, di Sulawesi Tenggara sekurang-kurangnya
menggunakan sembilan kelompok bahasa daerah.
B. Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai ciri khas dalam seni bangunan,
yaitu segi empat memanjang berbentuk panggung (pile dwelling) yang agak
tertutup. Rumah adat Sulawesi Tenggara terdiri atas ruangan untuk
menerima tamu pada bagian depan dan dalam, ruang pertemuan adat, kamar
tidur, dan ruang makan dan dapur di bagian belakang. Di bagian bawah
rumah digunakan untuk kandang ayam atau ternak babi. Rumah ini terbuat
dari balok kayu sebagai tiang dan badan rumah. lantai dan dinding
menggunakan papan, atap dari bahan rumbia, alang-alang dan nipah.
Selain bangunan rumah penduduk, juga terdapat rumah adat untuk pertemuan
yang disebut Baruga dan rumah yang didirikan di kebun atau ladang yang
disebut Pineworuai.
C. Pakaian Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Pakaian Adat Muna
Suku Muna mendiami kabupaten Muna. Kaum Pria di suku Muna biasanya mengenakan baju (bhadu), sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau ikat kepala (kampurui)
untuk pakaian sehari-hari. Baju berlengan pendek dan berwarna putih.
Ikat kepala berupa kain bercorak batik, serta ikat pinggang terbuat dari
logam berwarna kuning yang selain berfungsi sebagai ikat pinggang juga
untuk menyelipkan senjata tajam. Sarung yang dipakai berwarna merah dan
bercorak geometris.
Kaum wanita suku Muna mengenakan busana yang terdiri atas bhadu, bheta, dan kain ikat pinggang yang disebut simpulan kagogo. Wanita Muna memakai baju berlengan pendek yang disebut kuto kutango untuk pakaian sehari-hari.
Pakaian Adat Buton
Pada umumnya orang Buton mengenakan pakaian biru-biru yang terdiri atas
sarung dan ikat kepala tanpa baju. Pakaian sehari-hari kaum wanita
disebut kombowa. Pakaian ini terdiri atas unsur baju dan kain sarung bermotif kotak-kotak kecil yang disebut bia-bia itanu. Masyarakat Buton memiliki pakaian adat yang digunakan pada upacara adat yang disebut posuo. Pada saat upacara posuo memingit gadis, gadis Buton harus mengenakan busana kolambe, dan pada saat upacara sunatan, anak laki-laki Buton mengenakan busana yang dinamakan ajo tandaki.
Pakaian Adat Tolaki
Pakaian adat yang digunakan untuk kaum laki-laki Tolaki terdiri atas babu ngginasamani (baju berhias sulaman), saluaro mendoa (celana), sul epe (ikat pinggang dari logam), dan pabele (daster). Pakaian perempuan Tolaki disebut babu ngginasamani (baju), sawu (sarung), sulepe, dilengkapi dengan aksesories (tusuk konde, hiasan sanggul, andi-andi (anting-anting), eno-eno (kalung leher), bolosu (gelang tangan), dan alas kaki solop (selop)).
D. Kesenian Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Tarian Tradisional
1. Tari Malulo
Tarian lulo atau malulo merupakan tarian yang identik dengan Sulawesi
Tanggara. Pada awalnya tarian ini merupakan tarian sakral dan penuh
filosofis. Akan tetapi, dalam perkembangannya Malulo sekarang sudah
menjadi tarian pergaulan atau tarian rakyat yang biasanya dilakukan
secara spontan pada setiap acara-acara pesta ataupun acara yang
dilaksanakan oleh instansi atau organisasi.
2. Tari Umoara
Tarian ini merupakan tarian perang yang ditarikan untuk menyambut tamu
agung pada saat perkawinan para bangsawan dan mengantar jenazah
bangsawan. Tarian ini juga ditarikan pada saat pelantikan seorang raja.
Tarian ini mempertontonkan ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang
musuh, dan membela diri dalam pertempuran.
3. Tari Mawindahako
Tari ini merupakan tari para bangsawan yang telah berhasil meminang gadis pujaannya.
4. Tari Lariangi
Tari ini sebagai tari pembukaan suatu acara pesta sebagai penghormatan
terhadap hadirin. Penarinya terdiri atas penari wanita, dan 1 laki-laki.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh gadis-gadis keturunan bangsawan.
5. Tari Lumense
Lumense barasal dari kata Lume yang berarti terbang dan Lense yang
berarti Tinggi. Jadi, Lumense berarti terbang tinggi. Tarian ini berasal
dari kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Tarian ini bermakna pemujaan
kepada sang Dewa. Tarian ini dipersembahkan pada acara penyambutan tamu
pesta rakyat di kabupaten Bombana.
6. Tari Moida-Ida
Tarian ini diiringi dengan nyanyian, sementara sekelompok orang
berkumpul membentuk lingkaran yang masing-masing berpegangan pada seutas
tali sehingga membentuk cincin.
7. Tari Balumpa
Tari Balumpa adalah tarian rakyat masyarakat Buton untuk mengucapkan selamat datang pada para tamu agung.
8. Tari Dinggu
Tarian ini menggambarkan sikap kegotongroyangan masyarakat dalam
menumbuk padi. Tarian ini dilakukan dengan memukul-mukul lesung
menggunakan alu hingga membentuk irama musik yang menyentuh kalbu.
Baca juga :
Alat Musik Tradisional
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa alat musik tradisional, seperti okanda, karandu, yaitu gong yang dibunyikan untuk mementaskan tarian yang disebut lulo, mengantar pengantin, menyambut tamu. Ada juga oer-orenggoe, yaitu sejenis tambur yang dibuat dari kayu khusus. Alat musik petik yang namanya Kabosi dimba-dimba, dan alat musik tiup yang namanya wuwuho.
Lagu Daerah
Lagu daerah Sulawesi Tenggara jumlahnya sangat banyak. Ada yang
digunakan untuk mengiringi upacara adat atau mengiringi jenis kesenian.
Salah satu lagu daerah tersebut adalah Peia Tawa-Tawa.
Seni Kerajinan Rakyat
Hasil budaya berupa seni kerajinan masyarakat Sulawesi Tenggara salah
satunya adalah tenun kain yang terletak di desa Masalili. Jenis seni
kerajinan lain diantaranya adalah kerajinan emas, kerajinan akar,
kerajinan perak, serta kerajinan rotan.
E. Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
E. Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Masyarakat Sulawesi Tenggara melakukan serangkaian upacara adat daur
hidup yang dimulai dari kelahiran, masa dewasa, perkawinan, dan kematian
serta upacara adat lainnya, diantaranya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Aneka Upacara Adat Masyarakat Sulawesi Tenggara
No | Nama Upacara Adat | Keterangan |
1
|
Upacara Kelahiran
|
Di daerah Muna, sebelum kelahiran diadakan upacara yang disebut kasambu.
Setelah kelahiran bayi dilakukan upacara kampua yang dilakukan setelah
bayi berumur 44 hari. Kemudian, upacara turun tanah yang disebut upacara
kaghabui.
|
2
|
Upacara Menjelang Dewasa
|
Bagi seorang gadis yang menginjak dewasa diadakan upacara pemotongan rambut, selain itu ada upacara pemingitan yang disebut karia (Muna), manggilo (Tolaki), yang merupakan upacara penyucian gadis menjelang dewasa.
|
3
|
Upacara Perkawinan
|
Pada masyarakat Sulawesi Tenggara mengenal empat cara perkawinan, yaitu masasapu (bentuk perkawinan dengan peminangan), ropolosu atau humbuni (perkawinan lari bersama), pinola suako atau popalaisaka (kawin lari dipaksa pihak laki-laki), dan moruntandole atau uncura (perkawinan yang didesak pihak laki-laki meskipun gadis sudah dipertunangkan kepada laki-laki lain)
|
4
|
Upacara Kematian
|
Pada masyarakat Tolaki mengadakan acara pukul gong dengan irama tertentu yang disebut batubanggwea. Kemudian menyembelih seekor kerbau yang disebut mbenao. Mereka yang berduka biasanya mengikat kepala dengan kain putih yang disebut lowani. mayat dimasukkan ke dalam wadah yang disebut soronga, kemudian mayat dibawa ke dalam gua batu atau dalam rumah khusus di tengah hutan sebagai tempat kuburnya.
|
5
|
Upacara Monahu Ndau
|
Upacara ini dilakukan setelah panen padi yang dilaksanakan di lapangan
terbuka. Dalam upacara ini para pengunjung menarikan tari lulo ngganda yang diiringi tetabuhan okanda.
|
6
|
Upacara Motasu
|
Upacara ini merupakan tradisi suku Tolaki yang dilaksanakan dalam
rangaka pembukaan ladang baru yang ditujukan kepada Dewi Kesuburan (songgoleobae). Upacara ini diakhiri dengan berkumpul untuk berpesta (sekonggo motasu nggenikku).
|
7
|
Upacara Ghoti Katumpu
|
Upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Muna pada permulaan pembukaan hutan dan setelah panen.
|
F. Senjata Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Senjata khas masyarakat Sulawesi Tenggara adalah keris dari besi dengan pamor perak, dan hulunya terbuat dari gigi ikan duyung. Selain itu ada juga lolabi (Muna), yaitu senjata sejenis badik,serta sapinggara, yaitu tombak dengan banyak ujung.
G. Makanan Tradisional Daerah Sulawesi Tenggara
Beberapa makanan khas Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Beberapa makanan khas Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Makanan Tradisional Khas Sulawesi Tenggara
No | Nama Makanan |
Keterangan
|
1
|
Sinonggi
|
Bubur yang terbuat dari sagu yang disiram air mendidih. Sinonggi dimakan dengan sayur kerang dan sup ikan sebagai pelengkap.
|
2
|
Satai Pokea
|
Satai kerang air tawar dengan bumbu kacang yang dilengkapi geges (ketan panggang) dan lontong.
|
3
|
Kinowu manu
|
Ayam masak bumbu.
|
4
|
Kinowu Tawawanggole
|
Daun singkong masak dengan bumbu khusus.
|
5
|
Tinira Nggaluku
|
Umbu.
|
6
|
Kowoe Nineihi
|
Siput sawah.
|
7
|
Pisang Epe
|
Pisang bakar yang dimakan dengan saus.
|
Demikian ulasan kami tentang "Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara"
yang dapat kami sampaikan. Artikel ini kami rangkum dari buku "Selayang
Pandang Sulawesi Tenggara : M. Purwati". Baca juga artikel kebudayaan
daerah di Indonesia lainnya di situs SeniBudayaku.com.
https://www.google.com/search?q=adat+provinsi+di+indonesia&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
Komentar
Posting Komentar