Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Salah satunya adalah daerah istimewa Yogyakarta (Jogjakarta).
Yang merupakan daerah istimewa yang memiliki berbagai macam budaya,
adat, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu, dan tentunya tidak ada di daerah
Indonesia yang lainnya.
Kraton Yogyakarta memiliki berbagai macam bagunan-bangunan sejak jaman
masa penjajahan jaman dahulu, Daerah istimewa Jogjakarta sendiri
memiliki berbagai macam situs-situs kuno yang dapat kita nikmati dan
masih asri seperti yang dahulu kala. Kraton Yogyakarta, seakan
identik dengan unsur kebudayaan Jawa, bahkan bisa di bilang merupakan
pusat dari kebudayaan di Jawa. Kraton Yogyakarta dengan segala kekhasan
budaya Jawa nya, memiliki arti simbolik di setiap bangunannya. Kraton
Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan Hambengkubuwana I sampai X,
memiliki sejarah yang cukup panjang yang perlu kita ketahui dan
pelajari. Hal ini dikarenakan tidak sedikit dari kita yang tidak atau
kurang memahami dan mengetahui apa sajakah bentuk kebudayaan yang ada di
kraton Yogyakarta, bahkan sebagian orang beranggapan bahwa kraton tidak
lebih dari sekedar tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono.
1. Sejarah Jogjakarta ( Yogyakarta )Jika Sebelumnya kita membahas tentang Kebudayaan Jawa Tengah, sekarang kita akan membahas kebudayaan dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kita akan berkenalan dengan Sejarah, Rumah adat, pakaian adat, tari-tarian, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu tradisionalnya.
Pemerintah daerah istimewa Yogyakarta dapat dirunut asal mulanya dari
tahun 1945 bahkan sebelum tahun tersebut. Bebarapa minggu setelah
proklamasi 17 agustus 1945, atas desakan rakyat dan setelah melihat
kondisi yang ada, Hamengkubuono IX mengeluarkan dekrit kerajaan yang
dikenal dengan amanat 5 september 1945. Isi dekrit tersebut adalah
“integrasi monarki Yogyakarta kedalam republic Indonesia. Dekrit dengan
isi yang sama juga dikeluarkan oleh Paku Alam VII I pada hari yang sama.
2. Rumah Adat
Secara umum, arsitektur bangungan utama pada rumah Bangsal Kencono
memiliki banyak kesamaan dengan desain rumah adat Jawa Tengah. Atap
rumah ini memiliki bubungan tinggi yang menopang pada 4 tiang di bagian
tengah yang bernama Soko Guru. Material atapnya sendiri terbuat dari
bahan sirap atau genting tanah.
Adapun untuk tiang dan dinding, rumah ini disusun dari kayu-kayuan
berkualitas. Tiang yang biasanya dicat berwarna hijau gelap atau hitam
menopang pada umpak batu berwarna hitam keemasan. Sementara lantainya
dibuat dari bahan marmer dan granit dibuat lebih tinggi dari permukaan
tanah di sekitarnya. Kompleks rumah Bangsal Kencono sendiri tersusun
atas beberapa bangunan dengan fungsinya masing-masing. Fungsi-fungsi
ruang tersebut disesuaikan dengan kegunaan rumah adat Yogyakarta ini
sebagai istana kerajaan
Orang jawa khususnya masyarakat Yogyakarta memiliki pepatah yang menjadi pedoman hidup mereka yaitu "ajining diri saka lati, ajining raga saka salira" yang berarti jiwa dan raga harus mendapatkan perhatian yang serius agar mendapat penghormatan dari pihak lain. Oleh sebab itu diantara ajining raga adalah memperhatikan adab dalam berpakaian.
1. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Laki-Laki Dewasa
2. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Wanita Dewasa
3. Baju Adat Anak Laki-Laki Yogyakarta
4. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Anak Wanita
Selain baju adat Yogyakarta yang disebutkan diatas, masih terdapat baju
adat yang khusus digunakan oleh Keraton. Pakaian Adat Yogyakarta yang
khusus digunakan oleh lingkungan keraton terdiri dari pakaian abdi dalem
punokawan dan pakaian pejabat keraton / abdi dalem keprajan .
Dalam sistem pemerintahan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat
abdi dalem yang membantu Sultan dalam kegiatan operasional di Kraton.
Abdi dalem di kraton terdiri dari 2 yaitu abdi dalem keprajan dan abdi
dalem punokawan. Abdi dalem keprajan yaitu abdi dalam yang bertugas di
dinas/instansi pemerintahan sedangkan abdi dalem punokawan bertugas
hanya di kraton saja.
Berikut ini penjelasan mengenai pakaian / baju adat keraton Yogyakarta :
1. Pakaian untuk Abdi Dalem
Baju adat yang disebut dengan Sikep Alit terdiri dari kain batik
sawitan, baju hitam dari bahan laken (dengan kancing dari tembaga atau
kuningan yang disepuh emas, berjumlah 7 hingga 9 buah), penutup kepala
destar, keris model gayaman (diletakan di peinggang sebelah kanan
belakang), selop hitam, topi pet hitam dengan pasmen emas. Pakaian model
ini dikenakan untuk keperluan sehari-hari.
Sedangkan Langeran merupakan seperangkat pakaian dengan perlengkapan
kain batik, baju bukakan yang yang dibuat dari bahan laken warna hitam,
kemeja putih dengan kerah model berdiri, destar sama dengan model
pakaian Sikepan Alit, keris model ladrangan atau gayman, dipakai di
pinggang sebelah belakang kanan, dasi berwarna putih model kupu-kupu,
serta selop berwarna hitam. Jenis pakaian ini pada umumnya dikenakan
pada waktu malam untuk menghadiri suatu pertemuan dan jamuan makan malam
dalam satu pesta khusus.
2. Pakaian Untuk Pejabat Keraton
Baju adat yang dikenakan oleh pejabat keraton yang sedang dalam tugas disebut dengan baju ageng.
Secara umum pakaian Ageng merupakan seperangkat pakaian adat yang berupa
model jas laken berwarna biru tua dengan kerah model berdiri, serta
dengan rangkapan sutera berwarna biru tua, yang panjangnya mencapai
bokong, lengkap dengan ornamen kancing-kancing bersepuh emas. Celananya
sendiri berwarna hitam. Topi yang dikenakan terbuat dari bahan laken
berwarna biru tua, dengan model bulat-panjang, dengan tinggi 8 cm.
Namun demikian pakaian adat atau baju ageng ini memiliki beberapa
ornamen yang berbeda berdasarkan jabatan atau fungsi di Keraton,
sebagaimana penjelasan berikut ini :
- Pakaian bupati bertitel pangeran diberi plisir renda emas lugas lebar 1 cm, dipasang secara teratur di tepi kerah. Pada semua bagian tepi jas diberi hiasan renda dengan bordiran motif bunga padi.
- Pakaian bupati bertitel adipati “song-song jene” (payung kuning) mirip pakaian bupati bertitel pangeran, hanya terdapat sedikit hiasan bordiran pada bagian bawah kerah tidak melingkar secara penuh, tetapi ada jarak sekitar 8 cm.
- Pakaian bupati bertitel adipati mirip pakaian adipati “song-song jene”. Perbedaannya terletak pada hiasan bordiran pada bagian bawah kerah.
- Pakaian bupati bertitel temanggung seperti pakaian adipati, dengan perbedaan pada bordiran sebelah bawah, yang panjangnya hanya 2/3 dari ukuran lingkaran jas.
- Pakaian patih seperti pakaian tumanggung, tetapi bordiran di bagian depan panjangnya sampai 3 ½ cm sampai bagian bawah kancing.
- Pakaian kepala distrik (wedana) mirip pakaian patih, tetapi dengan bordiran bagian depan dan bagian belakang dan ujung lengan hanya 2 cm lebarnya dari plisir.
- Pakaian kepala onder distrik (asisten wedana), mirip pakaian patih, tetapi bordiran bagian depan dan bagian belakang dan ujung lengan hanya 2 cm lebarnya dari plisir.
- Pakaian mantri polisi seperti pakaian kepala onder distrik, tetapi tana plisir di bagian depan dan tanpa bordiran bunga padi pada bagian kerahnya.
4. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta
- Tari Serimpi Sangupati, sebuah tarian keraton pada masa lalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut dan menawan hati.
- Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang ditarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai dan lembut.
- Tari Merak, suatu tari yang mengisahkan keindahan dan kebebasan alam bebas yang dialami burung merak.
- Tari Beksan Srikandi Suradewati adalah tari tradisional
Yogyakarta yang menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan
Dewi Srikandhi yang diambil dari serat Mahabaratha.
- Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.
5. Senjata Tradisional
1. Senjata Tradisional Yogyakarta - Keris
Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan Aji. Tosan artinya besi dan
Aji artinya dihormati karena bertuah. Benda-benda ini biasanya dirawat
baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat khusus. Pada saat-saat
tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.
2. Senjata Tradisional Yogyakarta - Tombak
3. Senjata Tradisional Yogyakarta - Wedhung
6. Upacara Adat dan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta
A. Sendratari Ramayana
Sendratari ini menceritakan tentang perlawanan antara budi perekrti yang
baik yang ada dalam diri Sri Rama (dari negara Ayodhiyapala) melawan
sifat jahat yang ada dalam diri Rahwana (maharaja angkara murka dari
negara Alengka). Sendratari ini memiliki empat episode berbeda disetiap
pertunjukannya diantaranya, Hilangnya Dewi Shinta, Hanoman Duta,
Kombokarno Leno, dan Api Suci. Sendratari ini dipentaskan setiap bulan
Mei sampai Oktober.
B. Upacara Grebeg Maulud
C. Upacara Labuhan Pantai
D. Upacara Sekaten
E. Seni Wayang Jawa
Salah satu
ciri khas kebudayaan Yogyakarta khususnya Jawa adalah seni wayang.
Kesenian wayang merupakan kreasi budaya masyarakat Jawa Tengah yang
dalam setiap ceritanya memiliki filosofi akan kehidupan masyarakat Jawa,
seperti kisah-kisah kepahlawanan, raja-raja terdahulu atau mitologi
masyarakat Jawa.
Masyarakat Jawa sangat menggemari wayang dikarenakan setiap cerita yang
terdapat dalam kesenian wayang ini dapat dijadikan pedoman masyarakat
dalam menjaga kebudayaan Jawa sendiri. Ada sekitar 40 jenis wayang di
Jawa diantaranya adalah Wayang Beber, Wayang Klintik, Wayang Kulit,
Wayang Krucil, dan Wayang Golek. Disetiap pementasan wayang selalu
dipimpin oleh seorang Dalang yang memahami alur cerita dalam pewayangan.
Pertunjukan wayang ini selalu diiringi oleh musik gamelan.
F. Upacara Siraman Pusaka
7. Suku:
Jawa
8. Bahasa Daerah:
Jawa
9. Lagu Daerah:
- Suwe Ora Jamu
- Pitik Tukung
- Kidang Talun
- Menthok- menthok
- Kupu Kuwi
- Jamuran
- Caping Gunung
- Gethuk
- Gek Kepriye
- Sinom
- Te Kate Dipanah
- Ande-ande Lumut
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Semoga bermanfaat. Terima kasih.
https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/07/kebudayaan-daerah-istimewa-yogyakarta.html
Komentar
Posting Komentar